Bisakah Kita Menghidupkan Kembali Hewan yang telah punah ?

Oleh Megan Gannon, Editor Berita | LiveScience.com

Pada tahun 2003, ahli biologi menghidupkan kembali Pyrenean Ibex yang telah punah dengan menciptakan klon yang diambil dari sampel jaringan beku sebelum spesies kambing itu punah pada 2000.

Klon tersebut hanya hidup selama tujuh menit setelah lahir, tetapi memberi harapan bahwa "menyelamatkan spesies dari kepunahan”, yang tadinya merupakan angan-angan belaka, bisa menjadi kenyataan.

Sepuluh tahun kemudian, sekelompok peneliti dan konservasionis berkumpul di Washington, DC, pada 15 Maret untuk menghadiri forum TEDxDeExtinction, diselenggarakan oleh National Geographic Society, yang membahas caranya menghidupkan kembali hewan yang telah punah, mulai dari harimau Tasmania dan harimau bergigi panjang hingga mammoth berbulu dan merpati Amerika Utara.

Meski demikian, para peneliti tidak berharap adanya kehidupan nyata seperti pada film “Jurassic Park”, spesies yang mati beberapa puluh ribu tahun yang lalu bisa dihidupkan kembali asalkan memiliki DNA yang cukup utuh.

Beberapa yang memiliki harapan adalah mammoth berbulu, spesies gajah yang masih kerabat gajah modern yang punah pada 3.000 sampai 10.000 tahun yang lalu, dan menyisakan bangkai yang terawetkan di Siberia. Para peneliti di Rusia dan Korea Selatan telah memulai sebuah proyek untuk mencoba menciptakan spesimen hidup dengan menggunakan inti DNA dari sel mammoth dan telur gajah Asia, yang menjadi tantangan tersendiri karena tidak ada yang pernah mampu memanen sel telur gajah.

Namun DNA dari spesies punah tidak perlu diawetkan dalam kondisi suhu Arktik sehingga dapat membantu para peneliti menyusun genom spesies punah dari spesimen yang telah ada di museum selama seabad. Jika penelitian menghidupkan hewan yang telah punah berhasil, maka hal itu akan membuat para peneliti menaruh perhatian pada kualitas DNA hewan yang telah mati, kata wartawan sains Carl Zimmer, yang artikelnya tentang menghidupkan hewan yang telah punah dimuat di sampul majalah National Geographic edisi April.

"Ini tidak semudah kelihatannya, tetapi Anda bisa menggunakan beberapa teknik untuk mengambilnya," kata Zimmer kepada LiveScience.

Haruskah kita?
Kini menghidupkan kembali spesies yang telah punah menjadi suatu kemungkinan, teknik itu pun menimbulkan beberapa pertanyaan, haruskah kita menghidupkan kembali spesies ini? Dan apa yang akan kita lakukan ketika spesies itu hidup kembali?

Stuart Pimm dari Duke University berpendapat dalam sebuah opini di National Geographic bahwa upaya ini akan menjadi "sampah kolosal" jika para peneliti tidak tahu di mana lokasi untuk menempatkan spesies yang sebenarnya telah tersingkir dari Bumi karena habitat mereka menjadi tidak aman.

"Seekor Pyrenean Ibex yang dihidupkan kembali akan membutuhkan sebuah rumah yang aman," tulis Pimm. "Mereka yang mencoba untuk memperkenalkan spesies yang telah punah di alam kemudian dibesarkan di kebun binatang, menimbulkan satu pertanyaan penting dalam daftar kami: Di mana kita menempatkan mereka? Hewan pemburu ini makan kambing liar yang membuatnya punah. Mengenalkan seekor Ibex ke habitatnya akan menjadi proyek paling mahal yang pernah dibuat."

Pimm juga khawatir bahwa menghidupkan kembali hewan yang telah punah dapat menciptakan kesan palsu bahwa ilmu pengetahuan dapat menyelamatkan spesies yang terancam punah, mengubah fokus konservasi. Tetapi yang lain berpendapat bahwa membawa kembali hewan yang telah punah bisa mendukung pelestarian spesies.

"Beberapa orang berpendapat, menghidupkan kembali spesies burung aux yang telah punah dan meletakkannya kembali di koloni peternakan akan menjadi sangat inspiratif," kata Zimmer kepada LiveScience. Auk adalah penguin yang hidup di belahan bumi utara. Burung yang tidak bisa terbang itu punah pada pertengahan abad ke-19.

Spesies lainnya punah sebelum peneliti sempat mempelajari kemampuan biologis luar biasa mereka seperti seekor katak unik yang menghilang dari Australia pada pertengahan 1980-an, mungkin karena penebangan kayu dan jamur chytrid.

"Ini bukan hanya tentang katak," kata Mike Archer, seorang ahli paleontologi di University of New South Wales, saat berbicara di TEDxDeExtinction. Katak ini memiliki cara reproduksi yang unik: betina menelan telur yang dibuahi, membawa masuk ke perutnya hingga ke dalam rahim dan menetaskan telurnya melalui mulut.

"Tidak ada binatang, apalagi katak, yang diketahui melakukan ini, mengubah telurnya dari satu organ ke organ tubuh lainnya," kata Archer. Dia menggunakan metode kloning untuk menempatkan inti katak lke dalam telur katak rawa yang masih hidup di Australia. Hari ini Archer mengumumkan bahwa timnya telah menciptakan embrio tahap awal dari spesies punah yang membentuk ratusan sel.

"Saya rasa kita akan melihat katak ini melompat bahagia karena bisa kembali ke dunia ini lagi," katanya.



Klik disini untuk melihat fosil lengkap mamoth.

3 komentar :

  1. hidup in semuanya aja tuh
    biar kembali jaman purba skalian haha
    kunjungi juga sob www.g25one.blogspot.com

    BalasHapus
  2. Nice artikel kawan

    Koment dan follow back'y ditunggu sob : www.bandi-bloggers.blogspot.com

    BalasHapus

Popular Posts

© Copyright 2013. Ibay Share. All Rights Reserved. Designed by: LBT (Lovely Blogging Tricks)